POTENSI PENGEMBANGAN UMBI-UMBIAN SEBAGAI PANGAN ALTERNATIF SUMBER KARBOHIDRAT
Konsumsi penduduk Jawa Timur berdasarkan Susenas 2014 sebesar 1933 kkal/kapita/hari, namun demikian sumber karbohidrat masih didominasi dari kelompok pangan padi-padian (beras, jagung, dan terigu) sebesar 1.117 kkal/kapita/hari. Berdasarkan pola pangan harapan untuk angka kecukupan energi kelompok padi-padian sebesar 1.000 kkal/kapita/hari, sehingga perlu diturunkan sebesar 117 kkal/kapita/hari khususnya konsumsi beras dan terigu. Sedang kelompok pangan umbi-umbian sebesar 47 kkal/kapita/hari, untuk angka kecukupan energi umbi-umbian sebesar 120 kkal/kapita/hari, sehingga untuk keragaman konsumsi pangan sebagai sumber karbohidrat masih jauh dari ideal, oleh karena itu perlu ditingkatkan baik konsumsi dan ketersediaannya.
Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan satu bahan pangan (beras) dan impor dapat dilakukan dengan pengembangan tanaman sumber karbohidrat non beras dan non terigu. Usaha diversifikasi pangan dapat dimulai dengan mengenalkan kembali berbagai macam tumbuhan lokal penghasil pangan alternatif sumber karbohidrat yaitu umbi-umbian. Umbi-umbian sudah lama dikenal sebagai salah satu pangan sumber karbohidrat (energi). Jenis umbi-umbian yang selama ini dikenal masyakat sebagai pengganti beras adalah ubi kayu dan ubi jalar yang yang dibudidayakan secara intensif.
Banyak umbi-umbian lain yang berpotensi untuk dikembangkan tetapi belum dikelola dengan baik dan dibiarkan hidup liar dijalan dan dihutan, ada beberapa ditanam dipekarangan disekitar rumah, dibawah pohon dan pinggiran sawah. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, alih fungsi lahan pertanian, ketergantungan konsumsi beras dan import terigu maka terobosan dan inovasi yang dilakukan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur yaitu dengan mengungkit kembali potensi pangan lokal yang ada disekitarnya yaitu umbi-umbian potensial : ganyong, garut, bothe, talas/kimpul, bentul, uwi, gembili untuk dikembangkan dengan memberdayakan Tim Penggerak PKK Desa. Selama ini umbi-umbian tersebut dipandang sebelah mata karena dinggap tidak menguntungkan, harganya murah, rasanya tidak enak apalagi bentuknya tidak menarik. Namum demikian dibalik itu ada kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan beras dan terigu. Umbi-umbian tersebut dapat digunakan sebagai pangan alternatif sumber karbohidrat sehingga dapat menurunkan ketergantungan konsumsi beras dan terigu.
Kandungan Gizi dan manfaat untuk kesehatan selengkapnya (tabel kandungan gizi dan manfaat ganyong,garut, bothe/talas/bentul, gembili, uwi, dll)
Umbi-umbian akan menguntungkan apabila dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan agroekosistemnya. Cara budidayanya ganyong selengkapnya, garut selengkapnya, talas/bothe selengkapnya, gembili selengkapnya, suweg selengkapnya, gadung selengkapnya,.(budidaya masing-masing jenis umbi)
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur dalam rangka percepatan penganekaragaman konsumsi pangan khususnya umbi-umbian sudah melakukan terobosan dari sisi ketersediaan sebagai bahan baku dan inovasi produk olahnya. Lokasi rintisan pengembangan umbi-umbian tahun 2014 dan 2015 di 223 desa 29 Kabupaten yang baru berkembang tanamannya, selengkapnya, (Contoh desa yang melaksanakan kegiatan dari tanaman di lapangan dan hasilnya), sedang inovasi produk olahan yang bekerja sama dalam pelatihan dengan Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi selengkapnya, (cara pembuatan pati, tepung, makanan jadi beserta resepnya)